Lenteraindonesia.id, Tangerang – Sebanyak 40 Warga Negara Indonesia (WNI) dan satu Warga Negara Asing (WNA) yang merupakan pasangan dari salah satu berhasil di evakuasi dari Lebanon. Kepulangan mereka ke tanah air terbagi dua kelompok, pada Senin, 7 Oktober 2024.
Kelompok pertama tiba sekitar pukul 07.40 WIB. Kemudian kelompok kedua, tiba pukul 15.35 WIB. Sebanyak 41 WNI itu semuanya mendarat melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bali.
Selanjutnya, mereka akan dipulangkan ke daerah asal masing-masing melalui koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan instansi terkait.
Proses evakuasi ini merupakan bagian dari operasi evakuasi yang panjang dan kompleks melalui jalur darat, melintasi Lebanon, Damaskus di Suriah, hingga Amman, Yordania. Mereka terbagi dalam dua gelombang evakuasi yang diberangkatkan dari Beirut pada 2 dan 3 Oktober 2024.
“Alhamdulillah semuanya tadi bersama Kementerian lembaga terkait kita sudah periksa kondisi mereka sehat dan dapat melanjutkan perjalanan ke daerah asal masing-masing,” ungkap Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kemenlu, Judha Nugraha di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Nugraha menyampaikan pemerintah Indonesia sudah evakuasi sebanyak 65 WNI dari Lebanon sejak KBRI Beirut menetapkan status siaga satu pada 4 Agustus 2024.
“Masih ada 116 warga negara kita yang masih tinggal di Lebanon mayoritas memang memilih untuk tetap tinggal di sana karena alasan pribadi,” ucapnya.
Dia menghimbau kepada warga negara Indonesia yang masih ada di Lebanon untuk bisa tetap menjaga kondisi diri masing-masing dan mengikuti arahan KBRI Beirut ikut segera di evakuasi.
“Keputusan evakuasi kita harapkan dapat segera diambil oleh warga negara kita sebelum situasi makin memburuk,” harapnya.
Selain itu, Nugraha menekankan bagi WNI yang memiliki rencana perjalanan ke wilayah Lebanon, Suriah Iran, Israel, Palestina, dan Yaman dapat menunda perjalanan ke titik-titik tersebut.
“Dan bagi yang memiliki perjalanan penerbangan ke wilayah timur tengah agar terus memantau situasi, antisipasi gangguan penerbangan sebagaimana jika terjadi ada serangan antara Iran dan Israel beberapa negara timur tengah akan menutup wilayahnya,” pungkasnya.
Penulis: Ade Saputra I Editor: PT
Tidak ada komentar